Menurut Direktur Sales Telkomsel Mas'ud Khamid, skema bisnis 4G tidak akan sama dengan teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Jika 2G itu lebih menyorot kemampuan dasar telepon genggam seperti menelpon dan SMS, 3G lebih ke soal konektivitas, maka 4G akan lebih maju lagi.
"Yakni 4G akan bermain dari sisi connectivity (konektivitas) berbasis streaming. Karena di sini isu speed (seberapa cepat akses data) sudah tidak ada, maka yang akan tercipta adalah digital bisnis, baik aplikasi dan konten," ujarnya.
"Sehingga kemungkinan pricing untuk connectivity akan bergeser ke pricing aplikasi dan konten dan memunculkan inovator baru dan bisnis-bisnis kreatif. Dimana mereka tidak punya aset tapi punya intellectual property, jadi ini seperti Google, Facebook, Twitter. Itu kan perusahaan yang dibangun berdasarkan intellectual property, asetnya tidak besar tetapi market cap besar," Mas'ud menjelaskan.
Dari sisi operator juga akan mengalami perkembangan. Dari awalnya pure connectivity maka ke depan connectivity akan semakin turun. Seperti SMS sekarang bakal melempem digantikan broadband, dan pada waktunya broadband juga akan digantikan oleh aplikasi dan konten.
"Jadi nanti akan memunculkan peluang bisnis baru dari pihak ketiga. Seperti sharing video, file, bisnis model, siapa buat aplikasi apa, di mana, dijahit di mana," lanjutnya.
"Maka ketika urusan jaringan sudah selesai, maka selanjutnya bertarung soal kreativitas dan itu tidak kenal orang desa, orang kota, dari negara maju, atau negara berkembang. Semuanya selama sudah terkoneksi broadband maka bisa berbisnis, dan itulah nantinya digital economy terbentuk," papar Mas'ud.
Kondisi ini pun membuat 'alumni' Telkom tersebut teringat dengan era telepon rumah di tahun 1900-an. Saat itu, jualan telepon rumah awalnya susah, kemudian booming di tahun 1996 sampai 2000. Hanya saja, pamor telepon rumah pudar saat muncul fixed internet yang meledak sampai tahun 2010. Proses transformasi kembali terjadi saat digantikan mobile internet sampai saat ini.
"Nah, ke depan mungkin urusan connectivity akan selesai. Ketika pengguna sudah mendapat kecepatan data 100 Mbps, mau apa lagi? Sudah jalan tol. Sekarang tinggal bagaimana jalan tol itu diciptakan model bisnis baru," tukas Mas'ud.
"Karena time to market almost zero, dan di situlah bisa kita lihat sama seperti era telepon rumah berakhir sampai tahun 2000-an, lalu booming mobile telepon di 2007-2008, kemudian booming akses broadband. Dan nantinya giliran 4G yang booming dengan lebih bermain di layanan video streaming, dan digital services," tandasnya.
Telkomsel sendiri kini tengah melakukan trial 4G LTE di perhelatan KTT APEC yang berlangsung di Nusa Dua, Bali. Operator dengan lebih dari 125 juta pelanggan tersebut menggunakan pita frekuensi 1800 MHz selebar 5 MHz dan mengalokasikan 39 eNodeB (BTS 4G LTE) yang disebar sepanjang bandara Ngurah Rai Kuta, dan kawasan Nusa Dua yang menjadi basis acara KTT APEC.
Pada peluncuran 4G LTE 11 September lalu di kawasan BTDC (Bali Tourism Development Corporation) yang merupakan lokasi utama penyelenggaraan KTT APEC 2013, kecepatan mengunduh LTE Telkomsel mampu menembus angka 61 Mbps atau lebih dari 40 kali lipat kecepatan 3G pada saat uji coba.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.
0 komentar:
Posting Komentar